Minggu, 08 April 2012

Garis Keturunan Sesungguhnya Orang Jawa < INOSENNO >



Garis keturunan merupakan tradisi yang ada di masyarakat Indonesia yang menunjukkan garis keturunan. Ada 2 macam jenis garis keturunan di indonesia yang diketahui, yaitu garis keturunan menurut Ayah dan garis keturunan menurut Ibu. Yang termasuk menganut garis keturunan menurut Ayah adalah suku Batak. Dimana silsilah keluarga yang dipakai berdasarkan silsilah keluarga dari pihak laki-laki atau Ayah. Marga yang dipakai orang-orang disana pun adalah marga dari Ayah. Sehingga, garis keturunan yang dipakai adalah Ayah. Berbeda dengan suku minang, yang menggunakan garis keturunan menurut Ibu. Silsilah yang digunakan adalah dari pihak perempuan atau Ibu. Dan setiap orang di minang menggunakan marga yang dimiliki Ibu.
                Bagaimana dengan suku Jawa ?
                Jika diamati secara umum bisa dikatakan bahwa suku jawa tidak menganut garis keturunan apapun. Karena silsilah keluarga yang ada di Jawa menghitung semua keturunan baik laki-laki maupun perempuan. Marga pun tidak berlaku di Jawa.
                Berdasarkan penelitian yang dilakukan agen intelegen Inosenno Intelegency, Inc. (I3), suku jawa memiliki garis keturunan. Meskipun tidak tergolong garis keturunan yang menentukan silsilah dan marga, garis keturunan orang Jawa hanya dipakai untuk sapaan sehari-hari oleh masyarakat Jawa. Dengan sapaan yang dipakai umum oleh orang Jawa tersebut dapat disimpulkan sebuah jenis garis keturunan baru di Dunia. Yaitu garis keturunan menurut Anak.
                Garis keturunan menurut anak digolongkan sebagai garis keturunan yang semu atau tidak mutlak. Yang artinya tidak mengikat pada semua sistem silsilah keluarga. Dalam hal ini, hanya sapaan yang digunakan. “Garis keturunan menurut anak sebenarnya kurang bisa dikatakan sebagai garis keturunan, namun jika tidak dikatakan garis keturunan juga akan sulit. Maka kami menyimpulkan bahwa garis keturunan tersebut merupakan semu”, terang Seno Presiden Direktur Inosenno Intelegency, Inc. “kami melakukan penelitian pada berbagai macam aspek kehidupan untuk membukakan pengetahuan masyarakat terhadap hal-hal familiar yang belum mereka sadari” tambah Seno. Hasil dari penelitian I3 sebagai berikut :
                Garis keturunan menurut Anak hanya akan berlaku bila sebuah keluarga telah memiliki anak. Berawal dari situlah sapaan-sapaan yang digunakan oleh keluarga tersebut berubah. Padahal, sapaan – sapaan ini seharusnya hanya dipakai oleh sang anak. Misalnya, sapaan untuk orang tua atau mertua oleh suami atau isteri kita tersebut berubah menjadi Mbah kakung dan Kakek atau Mbah Putri dan Nenek, untuk saudara dan saudara ipar menjadi om, paman, pak lik dan pak dhe atau tante, bu lik dan bu dhe. Bila, sebuah keluarga tersebut telah memiliki anak sebelumnya atau sang anak bukan anak pertama, maka akan dipanggilah mas, mbak dan kakak kepada anak pertama. Sapaan-sapaan tersebut seharusnya hanya digunakan oleh sang anak. Namun, orang tua mereka pun ikut menyapa dengan sapaan yang sama. Hal inilah yang menjadi indikator bahwa orang jawa pun memiliki garis keturunan, yaitu garis keturunan menurut Anak.
Itu Bagus.

3 komentar:

  1. "Bila, sebuah keluarga tersebut telah memiliki anak sebelumnya atau sang anak bukan anak pertama, maka akan dipanggilah mas, mbak dan kakak kepada anak pertama. Sapaan-sapaan tersebut seharusnya hanya digunakan oleh sang anak [si adik]. Namun, orang tua mereka pun ikut menyapa dengan sapaan yang sama."
    Orang tua menggunakan sapaan yang sama kan untuk mengajari si adik, kalau orang tua langsung panggil nama kan takutnya si adik ikutan. Hehe... Sekedar pendapat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget kalo itu...
      Tapi yg menarik justru jika misal seseorang yg menikah dan mempunyai anak, ia akan memanggil ibunya dg sebutan nenek seharusnya cucunya yg memanggil nenek. Itu memang sapaan agar anak tidak salah memanggil neneknya.. Tapi ternyata setelah anak tumbuh besar, sapaan itu tetap ada... Salam mengarang bebas... Hahaha

      Hapus
  2. Keturunan RADEN TRIWUNANG ( marga TRIWUNANG) sudah hampir punah mas, Ayo kita lestarikan!.

    BalasHapus