Garis keturunan
merupakan tradisi yang ada di masyarakat Indonesia yang menunjukkan garis
keturunan. Ada 2 macam jenis garis keturunan di indonesia yang diketahui, yaitu
garis keturunan menurut Ayah dan garis keturunan menurut Ibu. Yang termasuk
menganut garis keturunan menurut Ayah adalah suku Batak. Dimana silsilah
keluarga yang dipakai berdasarkan silsilah keluarga dari pihak laki-laki atau Ayah.
Marga yang dipakai orang-orang disana pun adalah marga dari Ayah. Sehingga,
garis keturunan yang dipakai adalah Ayah. Berbeda dengan suku minang, yang
menggunakan garis keturunan menurut Ibu. Silsilah yang digunakan adalah dari
pihak perempuan atau Ibu. Dan setiap orang di minang menggunakan marga yang
dimiliki Ibu.
Bagaimana
dengan suku Jawa ?
Jika
diamati secara umum bisa dikatakan bahwa suku jawa tidak menganut garis
keturunan apapun. Karena silsilah keluarga yang ada di Jawa menghitung semua
keturunan baik laki-laki maupun perempuan. Marga pun tidak berlaku di Jawa.
Berdasarkan
penelitian yang dilakukan agen intelegen
Inosenno Intelegency, Inc. (I3), suku jawa memiliki garis keturunan. Meskipun
tidak tergolong garis keturunan yang menentukan silsilah dan marga, garis
keturunan orang Jawa hanya dipakai untuk sapaan sehari-hari oleh masyarakat
Jawa. Dengan sapaan yang dipakai umum oleh orang Jawa tersebut dapat
disimpulkan sebuah jenis garis keturunan baru di Dunia. Yaitu garis keturunan
menurut Anak.
Garis
keturunan menurut anak digolongkan sebagai garis keturunan yang semu atau tidak
mutlak. Yang artinya tidak mengikat pada semua sistem silsilah keluarga. Dalam hal
ini, hanya sapaan yang digunakan. “Garis keturunan menurut anak sebenarnya
kurang bisa dikatakan sebagai garis keturunan, namun jika tidak dikatakan garis
keturunan juga akan sulit. Maka kami menyimpulkan bahwa garis keturunan
tersebut merupakan semu”, terang Seno Presiden Direktur Inosenno Intelegency, Inc. “kami melakukan penelitian pada berbagai
macam aspek kehidupan untuk membukakan pengetahuan masyarakat terhadap hal-hal
familiar yang belum mereka sadari” tambah Seno. Hasil dari penelitian I3 sebagai
berikut :
Garis
keturunan menurut Anak hanya akan berlaku bila sebuah keluarga telah memiliki
anak. Berawal dari situlah sapaan-sapaan yang digunakan oleh keluarga tersebut
berubah. Padahal, sapaan – sapaan ini seharusnya hanya dipakai oleh sang anak. Misalnya,
sapaan untuk orang tua atau mertua oleh suami atau isteri kita tersebut berubah
menjadi Mbah kakung dan Kakek atau Mbah Putri dan Nenek, untuk saudara dan saudara
ipar menjadi om, paman, pak lik dan pak dhe atau tante, bu lik dan bu dhe. Bila,
sebuah keluarga tersebut telah memiliki anak sebelumnya atau sang anak bukan
anak pertama, maka akan dipanggilah mas, mbak dan kakak kepada anak pertama. Sapaan-sapaan
tersebut seharusnya hanya digunakan oleh sang anak. Namun, orang tua mereka pun
ikut menyapa dengan sapaan yang sama. Hal inilah yang menjadi indikator bahwa
orang jawa pun memiliki garis keturunan, yaitu garis keturunan menurut Anak.
Itu Bagus.
"Bila, sebuah keluarga tersebut telah memiliki anak sebelumnya atau sang anak bukan anak pertama, maka akan dipanggilah mas, mbak dan kakak kepada anak pertama. Sapaan-sapaan tersebut seharusnya hanya digunakan oleh sang anak [si adik]. Namun, orang tua mereka pun ikut menyapa dengan sapaan yang sama."
BalasHapusOrang tua menggunakan sapaan yang sama kan untuk mengajari si adik, kalau orang tua langsung panggil nama kan takutnya si adik ikutan. Hehe... Sekedar pendapat
Bener banget kalo itu...
HapusTapi yg menarik justru jika misal seseorang yg menikah dan mempunyai anak, ia akan memanggil ibunya dg sebutan nenek seharusnya cucunya yg memanggil nenek. Itu memang sapaan agar anak tidak salah memanggil neneknya.. Tapi ternyata setelah anak tumbuh besar, sapaan itu tetap ada... Salam mengarang bebas... Hahaha
Keturunan RADEN TRIWUNANG ( marga TRIWUNANG) sudah hampir punah mas, Ayo kita lestarikan!.
BalasHapus