Menggombal sebenarnya berasal dari kata gombal yang berarti kain. Namun dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat mengidentifikasikan bahwa menggombal adalah
pujian berlebihan yang bermaksud utamanya adalah merayu. Ada fenomena unik dari
menggombal, yaitu jika seorang laki-laki menggombal untuk perempuan, dapat
dipastikan perempuan tidak akan percaya, namun yang unik adalah ia akan senang
dengan gombalan si laki-laki. Memang itu bisa dipahami karena kita sudah
terbiasa dengan hal tersebut. Namun jika dilihat dari sudut pandang bahwa kita
adalah orang yang tidak tahu apa-apa mengenai makna menggombal pastilah tidak
akan menerima pernyataan gombalan itu. Bagaimana tidak, laki-laki membohongi
perempuan, ia tidak percaya, namun itu membuat perempuan senang. Dalam hal ini
ada dua kemungkinan, perempuan memang bisa dibohongi, yang kedua bahwa ia
menganggap sang penggombal hanyalah menyampaikan lelucon. Tapi dibalik beberapa
aspek tersebut, menggombal menjadi sesuatu hal yang menarik untuk diketahui.
Sebenarnya menggombal itu tidak hanya dilakukan oleh laki-laki terhadap
perempuan saja, terutama budaya berkomunikasi di mancanegara. Sering kali ucapan
gombal diungkapkan pada forum-forum resmi untuk keberhasilan suatu usaha oleh
seseorang maupun organisasi. Dalam hal ini gombal bertujuan untuk menghargai
suatu usaha. Itu tidak akan dianggap berbohong maupun lelucon seperti yang
disematkan pada gombal yang ditujukan untuk merayu perempuan. Sebagai contoh
mudah yang sering diungkapkan adalah gombalan yang dinyatakan pada klub sepak
bola, sebelum adanya suatu pertandingan, banyak pernyataan-pernyataan yang
sangat gombal, misalnya klub A akan bertanding melawan klub B. Dari kubu A
untuk menghargai klub B akan mengatakan “klub B memiliki tim yang bagus, mereka
melakukan perjalanan panjang sehingga datang dengan pemain yang tahu bagaimana
cara menyulitkan tim kami”. Padahal apakah benar tim B telah mengetahui cara menyulitkan
tim A itu hal yang tidak dapat dipastikan. Ya itulah bagaimana cara menggombal
yang ditujukan untuk menghargai.
Yang terjadi saat ini gombalan adalah ungkapan sangat-sangat berlebihan
atau “lebay”. Tentu saja itu mengaburkan esensi menghargainya. Ditambah lagi,
lelucon yang sering diungkapkan dalam obrolan sekarang adalah menjatuhkan, Justice
berlebihan dan mengungkapkan aib. Jika saja gombal tidak terlanjur dianggap
rayuan tapi menghargai meskipun sedikit berbohong, setidaknya itu bisa menjadi
motivasi, karena tidak ada motivasi yang sesuai kenyataan, karena jika
kenyataan, namanya bukan lagi motivasi tapi fakta. Sama seperti menggombal,
jika tidak berlebihan memuji, namanya bukan menggombal.
Ini tidak terlalu menarik, namun bisa menambah daya imajinasi untuk lebih
beretika dalam menyampaikan suatu maksud. Marilah berbudaya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar